Jumat, 23 September 2011

Aku dan Kampung Halamanku

Apa yang terbersit dalam benakmu ketika bicara tentang kampung halaman? Sawah yang menghijau?Hawa dingin pegunungan?Pepohonan yang rimbun?Orang-orang kampung yang ramah? Atau makanan khasnya?
Itu mungkin sebagian dari beberapa hal yang akan terbersit dalam pikiran kebanyakan orang. Tapi bagaimana jika kampung-kampung halaman kini sudah mulai berubah menjadi kampung kota?

Kampung yang sudah tidak lagi ramah, sawah-sawah mengering, pohon-pohon meranggas, hutan-hutan gundul, dan keramahan yang sedikit demi sedikit memudar. Sungai-sungai yang dulu jernih dan bening airnya dengan arus yang lancar, berubah dangkal dan penuh sampah. Ikan-ikan kali yang dulu mudah kau pancing dengan kailmu ketika kalian kecil, kini mulai langka. Bahkan mungkin anak-anak kampung itu tidak mengenal lagi kegiatan memancing ikan di kali, mereka memilih duduk di depan benda kotak bergambar dengan sebuah perangkat yang menyediakan permainan-permainan tidak mendidik bernama Playstation.

Hutan-hutan di kampung berubah menjadi hutan gedung, seperti di kota. Keramahan dari wajah penduduk setempat makin memudar, semua penuh kecurigaan, keacuhan, dan kemasabodohan.

Tidak rindukah kita akan kampung kita yang dulu hijau? Senyum penduduk yang dulu selalu tersungging, akankah ada lagi diantara konflik antar kampung yang makin sering.

Aku ingin pulang ke kampungku yang dulu damai, dimana aku bisa melihat nenekku duduk di teras rumah sambil mengamati pohon mangganya yang mulai berbuah. Atau melihat tetanggaku yang mengibaskan beras di atas tampah untuk ditanak. Aku merindukan keramahan tukang sayur keliling yang setia menapaki jalanan untuk menjajakan sayurannya, kala dia berhenti di rumah nenekku untuk sekedar beristirahat disaat nenekku memilih-milih sayurannya.

Aku ingin pulang, masihkah semua yang ramah dan indah itu ada di kampungku atau kampungmu kawan? Mari hidupkan kembali keramahan setiap kampung, supaya tidak ada lagi berita perpecahan antar kampung di televisi. Betapa bosannya aku melihat semua itu, sepertinya keramahan adalah barang mahal di etalase super lux.

Aku dan Kampung Halamanku,
Jakarta, 23 September 2011, 16.55.